As-salaamu `alaikum wa rahmatullaah wa barakaatuh.
Al-hamdu li l-Laahi l-ladzii arsala rasuulahuu bi l-hudaa wa diini l-haqq, li yuzh-hirahuu `ala d-diini kullih, wakafaa bi l-Laahi syahiidaa.

Asyhadu an laa ilaaha illa l-Laah, wahdahuu laa syariikalah. Wa asyhadu anna muhammadan `abduhuu wa rasuuluh, al-ladzii laa nabiyya ba`dah.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik `alaa muhammad, wa `alaa aalihii wa shahbihii wa man waalah.
`Ibaada l-Laah, ittaqu l-Laaha haqqa tuqaatih, wa laa tamuutunna illa wa antum muslimuun.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.
Laa ilaaha illa l-Laahu wa l-Laahu Akbar.
Allaahu Akbar wa li l-Laahi l-hamd.
Segala puji dan puja kita panjatkan ke hadirat Allah SWT `Azza wa Jalla semata-mata, satu-satuNya Dzat tempat kita mengabdi dan tempat kita berserah diri. Shalawat dan Salam, kesejahteraan dan kedamaian, semoga dilimpahkan Allah kepada Pemimpin Besar kita, Nabi Muhammad Rasulullah SAW, serta para keluarga dan shahabat beliau yang setia. Melalui pribadi yang mulia Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Terakhir, sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang haqq dan sempurna untuk mengatur umat manusia, agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi, dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.
Setiap tanggal 1 Syawwal, umat Islam di seluruh dunia, yang kini berjumlah 1,5 miliar jiwa dan merupakan hampir seperempat penduduk planet Bumi, bergembira merayakan Festival Kemenangan atau Idul Fitri, setelah sebulan penuh berlatih dalam pengendalian diri. Selama bulan Ramadhan kita telah menunaikan ibadah puasa, menegakkan shalat tarawih, memperdalam kajian Al-Qur’an, memperbanyak infaq dan shadaqah, serta amalan lainnya yang dianjurkan agama. Mudah-mudahan Allah SWT menerima segala aktivitas Ramadhan kita sebagai amal shaleh yang menambah neraca kebajikan kita pada Hari Perhitungan di akhirat nanti. Taqabbala l-Laahu minnaa wa minkum, shiyaamanaa wa shiyaamakum.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
La ilaha illallahu wallahu akbar.
Allahu Akbar, wa lillahilhamd.
Teman2 yang dimuliakan Allah SWT,
Setelah kita melaksanakan puasa Ramadhan, mudah-mudahan kita dapat memetik buah yang lezat dari ibadah shaum tersebut, dengan senantiasa menyadari kemahahadiran Allah dalam setiap gerak langkah dan aktivitas kita sehari-hari. Kita senantiasa menghayati firman Allah dalam Surat al-Hadid ayat 4: Wa huwa ma`akum ainamaa kuntum. Wal-Laahu bimaa ta`maluuna bashiir (“Dia bersamamu di mana pun kamu berada, dan Allah Maha Melihat terhadap yang kamu perbuat.”) Juga firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 115: Wa li l-Laahi l-masyriqu wa l-maghrib. Fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhu l-Laah. Inna l-Laaha waasi`un `aliim (“Kepunyaan Allah timur dan barat. Ke mana jua engkau berpaling, di sanalah Wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas JangkauanNya serta Maha Mengetahui.”) Dengan demikian diharapkan kita selalu memelihara diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT. Inilah tujuan akhir (the ultimate goal) dari ibadah puasa, la`allakum tattaquun, “agar kamu sekalian bertaqwa.”
Di sekeliling kita bertebaran “Lata dan Uzza” dalam bentuk materi dan kedudukan, yang setiap saat merayu manusia supaya bertuhan kepadanya. Betapa banyak orang yang menjadikan tahta atau kedudukan sebagai ilahnya, sehingga dia rela berkorban dengan segala cara untuk mencapai atau mempertahankan kedudukannya. Betapa sering kita mendengar orang yang menumpuk harta kekayaan dengan tidak peduli apakah cara yang ditempuh halal atau haram. Mudah-mudahan ibadah shaum Ramadhan meningkatkan kemampuan kita dalam pengendalian hawa nafsu, sehingga kita dapat memelihara kemurnian pengabdian kita kepada Allah SWT.
Semakin jelas bagi kita bahwa mengaplikasikan ikrar LAA ILAAHA ILLA L-LAAH tidaklah segampang mengucapkannya. Hal ini memerlukan latihan dan ujian. Memang benar ungkapan simbolis yang mengatakan bahwa titian Shiraath al-Mustaqiim itu sangat halus laksana “rambut dibelah tujuh.” Artinya melangkah pada jalan yang diridhai Allah itu tidaklah mudah, karena sepanjang hidup kita akan berdatangan ujian dan cobaan dari sekeliling kita. Marilah kita renungkan firman Allah dalam Surat al-Ankabut ayat 2–3: Ahasiba n-naasu ayyutrakuu ayyaquuluu aamannaa wa hum laa yuftanuun. Wa laqad fatanna l-ladziina min qablihim falaya`lamanna l-Laahu l ladziina shadaquu walaya`lamanna l-kaadzibiin (“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan berkata ‘Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak diuji lagi? Sungguh telah diuji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui mereka yang benar dan mereka yang dusta.”)
Semoga Allah memasukkan kita kepada golongan yang disebutkan dalam Surat al-Ahqaf ayat 13-14: Inna l-ladziina qaaluu rabbuna l-Laahu tsumma staqaamuu fa laa khaufun `alaihim wa laa hum yahzanuun. Ulaa’ika ashhaabu l-jannati khaalidiina fihaa jazaa’am bimaa kaanuu ya`maluun (“Sesungguhnya orang-orang yang berkata ‘Tuhan kami adalah Allah’, lalu mereka konsisten dengan pernyataan itu, maka tidaklah ada kecemasan dan kesusahan bagi mereka. Mereka itulah penghuni surga, kekal mereka di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”)
Allahu Akbar wa lillahilhamd.
Sahabat yang dimuliakan Allah SWT,
Hari ini kita merayakan “festival kesucian” atau Idul Fitri. Kata`id berarti “kembali atau berulang”, satu akar kata dengan `adah, yang diindonesiakan menjadi “adat”, yaitu kebiasaan atau tradisi yang senantiasa terus berulang. Juga kata `id berarti “hari raya atau festival”. Dengan demikian,`id memiliki arti lengkap sebagai hari raya yang berulang secara periodik setiap tahun. Adapun kata fithri seakar dengan fithrah, yang berarti “sifat atau kejadian asal yang suci”. Menurut ajaran Islam, manusia terikat dalam suatu perjanjian primordial dengan Tuhan. Manusia sejak dari kehidupannya dalam alam ruhani dahulu telah berjanji untuk menjadikan Allah Yang Maha Esa sebagai pusat orientasi hidupnya.

0 komentar:



Posting Komentar